J-pop merupakan singkatan
dari Japanese Pop dan mengacu pada Musik populer di Jepang. Istilah
J-pop diambil dari sebuah stasiun radio “J-WAVE” yang menunjukkan jenis
musik yang berbeda dari musik rakyat.
Penyanyi dari J-pop adalah musisi
yg terkenal dan juga seiyuu.
J-pop atau Japanese Pop merupakan
istilah umum yang mengandung banyak jenis (genre) musik Jepang seperti
pop, rock, dance, rap dan soul. Di Jepang, istilah J-pop digunakan untuk
membedakan gaya musik modern dengan musik klasik Jepang yang disebut
dengan Enka atau bentuk ballad dari Jepang tradisional. Kerap kita
mendengar istilah seperti J-rock, Visual Kei dan J-rap, namun semua
istilah tersebut berada di dalam naungan J-pop.
Di kawasan Nagoya,
istilah Z-pop digunakan untuk musik-musik yang populer di kawasan
tersebut. Beberapa lagu Enka seperti yang dinyanyikan oleh Miyuki
Nakajima dan Anzenchitai bisa dianggap berada dalam kategori baik Enka
ataupun J-pop. Toko-toko musik di Jepang umumnya membagi jenis musik
dalam kategori J-pop, Enka, Klasik serta kategori Inggris/internasional.
Sejarah dan Perkembangan J-pop
Akar
dari J-pop berawal dari musik Jazz yang menjadi populer pada awal era
Showa. Awal Era Showa dimulai pada tahun 1926 oleh Kaisar Hirohito
sampai dengan masa Perang Dunia II 1945. Musik Jazz memperkenalkan
berbagai jenis alat musik yang sebelumnya hanya dipergunakan untuk musik
klasik dan dalam militer, dalam berbagai bar dan klub seperti “Ongaku
Kissa” yang merupakan salah satu tempat pertunjukkan Jazz yang terkenal.
Namun dalam masa Perang Dunia II, musik jazz sempat terhenti akibat
tekanan dari tentara kerajaan Jepang. Setelah masa perang berakhir,
Tentara Amerika Serikat memperkenalkan kepada Jepang jenis musik khas
Amerika seperti boogie-woogie, mambo, blues dan country. Jenis-jenis
musik tersebut dipertunjukkan oleh para musisi Jepang kepada pasukan
tentara Amerika yang menempati markas AS di Jepang. Lagu seperti “Tokyo
Boogie-Woogie” yang dinyanyikan oleh Sizuko Kasaoki (1948), “Tennesse
Waltz” oleh Eri Chiemi (1951), “Omatsuri Mambo” oleh Misora Hibari dan
“Omoide no Waltz” oleh Izumi Yukimura menjadi populer di Jepang. Bahkan
musisi luar seperti Jazz At The Philharmonic dan Louis Armstrong pernah
mengunjungi Jepang untuk melakukan pertunjukkan. Tahun 1952 merupakan
tahun dimana musik Jazz membooming. Namun, Jazz bukanlah jenis musik
yang mudah dipelajari sehingga sebagian besar musisi amatir Jepang
mempelajari musik country yang dianggap paling mudah dipelajari.
Demam
Rock and Roll mulai melanda Jepang pada tahun 1956 oleh sebuah grup
musik country, Kosaka Kazuya and Wagon Masters yang merilis album
“Heartbreak Hotel”, yang aslinya dibawakan oleh sang raja Elvis Presley.
Wabah rock and roll ini mencapai titik puncaknya pada tahun 1959 dengan
munculnya sebuah film yang memfokuskan ada pertunjukan grup rock and
roll Jepang. Turunnya pamor rock and roll di Amerika Serikat diikuti
oleh Jepang seiring dengan banyaknya grup di Jepang yang tak lain hanya
meniru Rock and Roll Amerika.
Sebagian besar musisi Jepang mulai
memadukan musik pop tradisional Jepang dengan rock and roll. Salah satu
yang sukses adalah Kyu Sakamoto dengan “Ue Wo Muite Arukou”. Sedangkan
musisi lain memilih untuk menciptakan musik yang baru, dengan mengambil
lagu populer di Amerika dan menerjemahkan liriknya kedalam bahasa Jepang
sehingga melahirkan istilah “Cover Pop”. Dan juga, banyak dari jazz
kissa (yang melakukan pertunjukan di club/café) mulai menghilang akibat
dari Stasiun radio dan televisi yang menyiarkan pertunjukan musik yang
kemudan mulai menghilang pula dengan munculnya Karaoke. Cover Pop
menjadi musik umum di Jepang selama beberapa tahun.
Pada tahun
1970-an sampai pertengahan 1980-an musik di Jepang mulai menerapkan
aransemen lagu yang lebih kompleks dan tak lagi menyampaikan pesan
sosial dalam musiknya, melainkan mengenai cinta dan kesan pribadi. Musik
ini kemudian disebut dengan New Music. Takura Yoshida dan Yusui Inoue
merupakan beberapa artis pada masa tersebut.
Pada tahun 1980-an, City
Pop muncul pada musik-musik yang bertemakan kota-kota besar di Jepang
seperti Tokyo. Karena istilah city pop kurang begitu dikenal, maka
kebanyakan lagu dapat dianggap sebagai city pop atau new music. Begitu
istilah tersebut menjadi populer, Wasei Pop menjadi istilah untuk
mendeskripsikan baik City Pop ataupun New Music. Hingga memasuki tahun
1990, J-pop menjadi sebutan umum untuk sebagian besar musik-musik
populer.
Pada akhir tahun 1980-an merupakan bangkitnya salah satu
grup rock paling tenar dalam sejarah, Chage & Aska. Duet yang
terdiri dari Chage (Shuji Shibata) dan Ryo Aska (Shigeaki Miyazaki)
merilis serangkaian karya – karya hits sepanjang tahun 1980 dan 1990 dan
mengukuhkan diri mereka sebagai grup rock terpopuler di Asia. Ryo Aska
dianggap sebagai salah satu penulis lagu terbaik di Jepang. Namun,
dengan munculnya jenis dance music dengan irama techno yang dipunggawa
oleh Namie Amuro dan Tetsuya Komuro pada pertengahan dan akhir 1990-an,
popularitas grup rock seperti Chage & Aska mulai menurun. Tapi bukan
berarti J-Rock hilang pamor begitu saja, musik rock di Jepang mulai
dihadiri oleh grup-grup seperti B’z, Mr. Children, L`arc en Ciel, Glay
dan sempat heboh oleh musik rock Hide yang radikal.
Pada Tahun 1996
hingga 1998, gaya musik mulai berubah dengan irama dance yang lebih
sedikit dan lebih ke pop. Grup seperti Speed, Kinki Kids, Da Pump, Every
Little Thing dan Max merupakan grup yang sukses untuk jenis musik ini.
Bahkan Namie Amuro pun ikut merubah gaya musiknya. Gaya musik ini pun
diikuti oleh hampir semua dan masih mendominasi hingga saat ini. Pada
tahun 1998, grup duet Kiroro melakukan debut dan menjadi populer dengan
gaya musik ballad mereka dengan menggunakan piano sebagai alat musik
utama. Karena berbeda dan terbilang gaya baru itulah mereka langsung
mendapatkan popularitas.
Pada tahun 1999, debut Utada Hikaru di
Jepangmenjadipopuler dengan gaya urban hip-hop dengan pengaruh Amerika
yang kental. Gayanya berbeda di Jepang karena lebih mirip atau hampir
sama dengan hip-hop Amerika. Itu pun disebabkan karena Utada Hikaru
lahir dan besar di New York. Pada tahun yang sama, muncul Dragon Ash
yang meniru habis gaya Rap Amerika. Sejak itu artis-artis hip-hop mulai
bermunculan hingga sekarang dan mulai naik daun seperti suksesnya Home
Made Kazoku (2004). Namie Amuro lagi-lagi menyesuaikan gaya musiknya
dengan irama hip-hop.
Sumber : http://ferdhy-ferdot.blogspot.com/2010/01/perkembangan-musik-jepang-j-pop-j-pop.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar